WAHYU KURNIAWAN, - (2024) PANTANGAN SAAT MELAYAT DALAM PETUAH SUMBANG DUO BALEH DI KELURAHAN ALAI PARAK KOPI PERSPEKTIF HADIS (Kajian Living Hadis). Skripsi thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU.
|
Text
FILE LENGKAP KECUALI HASIL PENELITIAN (BAB IV).pdf Download (2MB) | Preview |
|
Text (BAB IV)
FILE HASIL PENELITIAN (BAB IV).pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
Abstract
WAHYU KURNIAWAN (2024) : PANTANGAN SAAT MELAYAT DALAM PETUAH SUMBANG DUO BALEH DI KELURAHAN ALAI PARAK KOPI PERSPEKTIF HADIS (Kajian Living Hadis) Skripsi ini berjudul "Pantangan Saat Melayat Dalam Petuah Sumbang Duo Baleh Di Kelurahan Alai Parak Perspektif Hadis". Membahas tentang nilai-nilai budaya Minangkabau yang mengintegrasikan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, di mana Islam menjadi landasan utama dalam pola perilaku dan kehidupan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami pandangan masyarakat terhadap pantangan saat melayat yang diatur dalam sumbang duo baleh, serta untuk menggali perspektif Hadis mengenai adab melayat dalam sumbang duo baleh. Adapun rumusan masalah yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini yaitu, Bagaimana pandangan masyarakat terhadap pantangan saat melayat yang di atur dalam sumbang duo baleh, Bagaimana perspektif hadis tentang petuah adab melayat dalam sumbang kato dan sumbang pakai. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian lapangan, menggunakan teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pantangan saat melayat dalam sumbang duo baleh di Kelurahan Alai Parak Kopi ditemukan dalam sumbang kato dan sumbang pakai. Masyarakat setempat menganggap sumbang duo baleh sebagai budaya lisan yang bermakna dan bertujuan mendidik karakter masyarakat, khususnya terkait dengan pantangan saat melayat. Contohnya, sumbang kato "jan mangecek buruak tantang mayik, beko berang inyiak" mengingatkan pelayat untuk tidak membicarakan aib atau kecacatan mayit selama proses melayat. Sedangkan sumbang pakai "jan pakai baju sirah manjanguak urang maningga, beko payah arwahnyo pai" melarang penggunaan pakaian merah yang mencolok karena dinilai tidak pantas dalam suasana duka. Dengan demikian, penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai lokal dan perspektif hadis terkait pantangan saat melayat dalam konteks budaya di Kelurahan Alai Parak Kopi. Kata kunci: Pantangan, melayat, sumbang duo baleh
Item Type: | Thesis (Skripsi) | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Contributors: |
|
||||||||||||
Subjects: | 000 Karya Umum | ||||||||||||
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Ilmu Hadis | ||||||||||||
Depositing User: | fushu - | ||||||||||||
Date Deposited: | 18 Jul 2024 06:22 | ||||||||||||
Last Modified: | 18 Jul 2024 06:23 | ||||||||||||
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/82267 |
Actions (login required)
View Item |