Search for collections on Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository

HUKUM BAGI ORANG YANG BATAL WUDHU’NYA KETIKA SEDANG THOWAF PERSPEKTIF IMAM ASY-SYIROZI DAN IMAM ASY-SYAROKHSI

ROBY ROY, - (2024) HUKUM BAGI ORANG YANG BATAL WUDHU’NYA KETIKA SEDANG THOWAF PERSPEKTIF IMAM ASY-SYIROZI DAN IMAM ASY-SYAROKHSI. Skripsi thesis, UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU.

[img]
Preview
Text
SKRIPSI LENGKAP KECUALI BAB IV.pdf

Download (5MB) | Preview
[img] Text (BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (844kB)

Abstract

Roby roy (2024) hukum bagi orang yang batal wudhu’nya ketika sedang thowaf perspektif imam asy-syirozi dan imam asy-syarokhsi Penulisan ini dilatar belakangi oleh adanya perbedaan pendapat yakni hukum bagi orang yang batal wudhu’nya ketika sedang thowaf perspektif imam asy-syirozi dan imam asy-syarokshi. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui Bagaimanakah Hukum Bagi Orang Yang Batal Wudhu’nya Ketika Sedang Thowaf Menurut Pandangan Imam Asy-Syirozi dan Imam Asy-Syarokhsi, Apa yang harus di lakukan bagi seseorang yang batal wudhu’ nya ketika sedang thowaf dan Apa bentuk dam yang akan di bayar bagi orang yang tidak bersuci dalam thowaf perspektif imam Asy-Syarokhsi. Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan kitab-kitab kitab Al-Muhazzab dan kitab Al-Mabsuth. Sedangkan bahan sekundernya dalam tulisan ini adalah sejumlah literatur yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Adapun metode yang digunakan adalah metode taa’arud al-adillah. Membandingkan dua pendapat yang bertentangan. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Istinbath merupakan sistem atau metode bagi para mujtahid yang digunakan untuk menemukan dan menetapkan suatu hukum. Istinbath erat kaitannya dengan fiqih, karena sesungguhnya fiqh dan segala hal yang berkaitan dengannya, merupakan hasil dari ijtihad para mujtahid dalam menetapkan hukum dari sumbernya. Metode yang dipakai oleh Imam as- Syirazi pada dasarnya sama dengan yang dipakai oleh Imam Syafi’i, Sedangkan menurut Sedangkan menurut Imam Asy-Syarokhsi tentang hukum bagi orang yang batal wudhu’nya ketika sedang thowaf adalah Bagi orang yang menyentuh atau saling menyentuh dapat mengikuti pendapat dari kalangan ulama madzhab Malik dan Abu Hanifah yang menyatakan bahwa persentuan lawan jenis tidak membatalkan wudhu, dan boleh meneruskan pelaksanaan thowaf tersebut. Jadi terlihat jelas perbedaan dari dua pendapat diatas bahwasanya yang harus dilakukan oleh seseorang yang batal wudhu’nya ketika dalam keadaan thowaf menurut imam asy-syirozi dari kalangan imam syafi’iah maka ia berwudhu’ dan melanjutkan thowafnya, sedangkan menurut imam asy- Syarokhsi mengatakan bahwasanya batalnya whudu’ ketika pelaksanaan thowaf itu tidak membatalkan thowaf itu sendiri, maka dari itu batalnya whudu’ boleh melanjutkan kegiatan thowaf itu kembali. Adapun dam yang dikenakan kepada orang yang tidak bersuci dalam thowafnya menurut imam Asy-syarokhsii adalah menyembelih hewan yang berdarah setelah pelaksanaan thowaf sementara menurut pendapat asy-syarkhsi tidak ada dam atau hukuman bagi orang yang tidak berwudhu’ atau membatalkan wudhu’ tersebut karena imam asy-syarkhsi berpedoman kepada imam ibnu hambal. Kata Kunci: imam asy-syirozi, imam asy-syarokhsi, batal, thowaf

Item Type: Thesis (Skripsi)
Contributors:
ContributionNameNIDN/NIDKEmail
Thesis advisorJOHARI2020036401thebangjo@gmail.com
UNSPECIFIEDMUSLIM2005057207muslimkhansa72@gmail.com
Subjects: 200 Agama > 290 Agama Selain Kristen > 297 Islam > 297.1 Sumber-sumber Agama Islam, Kitab Suci Agama Islam > 297.14 Ilmu Fiqh, Fiqih, Fikih
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Mazhab dan Hukum
Depositing User: fasih -
Date Deposited: 13 Jun 2024 03:04
Last Modified: 13 Jun 2024 03:04
URI: http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/79356

Actions (login required)

View Item View Item