RIKA NOLA FITRI, - (2023) MAKNA ISYARI TERHADAP AYAT-AYAT QASAM DALAM Al-QUR‟AN(TELAAH KITAB TAFSIR AL-QUR‟ĀN AL-AẒĪM KARYA SAHL IBN ABDULLAH AL-TUSTARĪ). Thesis thesis, PASCASARJANA.
|
Text
SKRIPSI RIKA NOLA FITRI (KECUALI BAB IV).pdf Download (2MB) | Preview |
|
Text
BAB IV.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
Salah satu isi kandungan al-Qur‟an yang harus menjadi perhatian bersama adalah qasam. Kata qasam dan kata yang seakar dengannya terulang sebanyak 27 kali dengan 19 ayat diantaranya menunjuk pada makna sumpah. Para mufassir memberikan berbagai pandangan terkait ayat-ayat qasam; ada yang memberikan penjelasan secara zahir dan sebagian lainnya melihat dari sisi batin. Salah satu contoh penafsiran ayat qasam, pada surat ath-Thariq 1-3; Imam Syaukani dalam Fathul Qadir menjelaskan ayat tersebut yaitu Allah bersumpah dengan nama langit dan yang datang pada malam hari yaitu bintang yang cahayanya menembus sebagaimana yang tampak pada kemunculannya. Sedangkan salah satu tokoh mufassir sufi yaitu Sahl al-Tustarī didalam kitab tafsir al-Qur‟ān al-„Aẓīm memberikan pandangan yang berbeda terkait ayat tersebut. Beliau menjelaskan bahwa makna ayat tersebut yaitu langit bermakna ruh Nabi Muhammad S.A.W, ia berdiri di sisi tuhannya dan al-Thariq. Adapun permasalahan yang disajikan dalam penelitian adalah tentang penafsiran qasam perspektif Sahl al-Tustarī dalam kitab tafsir al-Qur‟ān al-„Aẓīm serta faktor dan penyebab terjadi perbedaan pendapat dengan mufassir lainnya. Penulis meneliti ayat-ayat qasam yang dibatasi pada juz 29 dan 30. Penelitian ini berbentuk library research (kepustakaan), oleh karena itu data yang digunakan adalah data kualitatif yang berasal dari sumber Primer dan Sekunder. Metode yang digunakan adalah metode mauḍu‟i (tematik). Setelah melakukan penelitian, makna isyari terhadap ayat-ayat qasam perspektif al-Tustarī didalam kitabnya adalah pertama, Nafsu yang dimiliki manusia terdiri dari nafsu alami manusia (nafs al-tab) dan nafsu spiritual (nafs al-ruh); kedua, Kondisi ruh seorang mukmin ketika mendapatkan ilham yang sesuai dengan alQur‟an sunnah; ketiga, Keagungan ruh Nabi Muhammad SAW yang berada bersama Allah SWT. Faktor dan penyebab perbedaan Sahl al-Tustarī dengan mufassir lain yaitu beliau merupakan seorang sufi; beliau juga dipengaruhi oleh guru-gurunya yaitu Muhammad ibn Sawwār, Ḥamzah al-Abbādānī, dan Dzu alNūn al-Miṣrī.
Item Type: | Thesis (Thesis) |
---|---|
Subjects: | 000 Karya Umum |
Divisions: | Program Pascasarjana > S2 > Tafsir Hadist |
Depositing User: | pps - |
Date Deposited: | 17 Jul 2023 02:47 |
Last Modified: | 17 Jul 2023 02:47 |
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/73520 |
Actions (login required)
View Item |