Toyo (2014) RITUAL TOLAK BALA PADA MASYARAKAT PETALANGAN DI DESA BETUNG KEC. PANGKALAN KURAS KAB. PELALAWAN. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Riau Sultan Syarif Kasim Riau.
|
Text
fm.pdf Download (259kB) | Preview |
|
|
Text
BAB 1.pdf Download (117kB) | Preview |
|
|
Text
BAB 2 .pdf Download (70kB) | Preview |
|
|
Text
BAB 3 .pdf Download (124kB) | Preview |
|
Text
BAB 4 .pdf Restricted to Registered users only Download (118kB) |
||
|
Text
BAB 5 .pdf Download (17kB) | Preview |
|
|
Text
em.pdf Download (22kB) | Preview |
Abstract
Ritual Tolak bala merupakan usaha untuk mencegah berbagai macam bala maupun bencana yang terjadi di perkampungan, khususnya masyarakat Petalangan di Desa Betung Kecamatan Pangkalan Kuras Kabupaten Pelalawan. Pada dasarnya, ritual ini telah menjadi tradisi yang tidak dapat ditinggalkan karena sangat erat hubungannya dengan makhluk gaib, disebut juga oleh masyarakat Petalangan sebagai “perjanjian”, yaitu perjanjian untuk membayar hutang dengan mempersembahkan kepada hewan seperti kambing atau kerbau. Tujuan dari penelitian ini adalah menggali lebih dalam tentang proses pelaksanaan ritual tolak bala dan urgensi tolak bala bagi masyarakat Petalangan. Sedangkan manfaat penelitian di bidang akademik sebagai sumbangan pemikiran, khususnya Sosiologi dan Antropologi Agama untuk mengenal ritual tolak bala dari sisi yang berbeda, yaitu dari pandangan Antropologi Agama dan bukan dari sisi normatif agama. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data penulis gunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif, yaitu berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (ritual tolak bala). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor pendorong masyarakat petalangan mempercayai ritual tolak bala, yaitu: adanya dorongan ninik mamak agar pelaksanaan tolak bala tetap terlaksana sesuai dengan jadwal pelaksanaanya yaitu pada tanggal 15 Februari pada bulan Masehi, tradisi yang diwariskan nenek moyang merupakan tindakan yang menitik beratkan keselamatan masyarakat petalangan sehingga ritual tolak bala tidak bisa untuk ditinggalkan. Selain dari itu ada ketakutan untuk meninggalkan ritual tolak bala oleh karena dalam ritual tolak bala ini ada ikatan atau perjanjian antara manusia dengan makhluk gaib. Adapun perjanjian itu untuk melindungi masyarakat petalangan agar tidak di ganggu makhluk gaib sehingga menyebabkan sakit, oleh karena itu maka masyarakat petalangan harus mengadakan ritual tolak bala dengan menyajian kepala hewan. Kepala hewan disajikan atau dipersembahkan untuk memberi makan kepada makhluk gaib. Temuan penelitian ini selanjutnya tentang solidaritas pada acara tolak bala, masyarakat Petalang sangat antusias dalam hal menyumbangkan tenaga maupun materi. Sikap ini ditunjukan ketika mengadakan ritual tolak bala dengan menyumbangkan tenaga maupun uang. Selanjutnya, hanya sedikit ditemukan nilai-nilai Islam dalam ritual tolak bala seperti dalam acara keduri dengan membaca yasin dan doa tolak bala. Sedangkan implementasinya lebih mengarah kepada kepercayaan animisme dan dinamisme, yaitu lebih percaya kepada roh-roh ataupun kepada makhluk gaib (seperti jin, makhluk halus, dan juga setan-setan).
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Subjects: | 200 Agama > 290 Agama Selain Kristen > 297 Islam > 297.2 Teologi Islam, Aqaid dan Ilmu Kalam > 297.28 Hubungan Islam dan Agama Lainnya |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Perbandingan Agama |
Depositing User: | eva sartika |
Date Deposited: | 28 Apr 2016 10:52 |
Last Modified: | 28 Apr 2016 10:52 |
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/3927 |
Actions (login required)
View Item |