Search for collections on Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository

METODE AHLI SUFI DALAM MENENTUKAN OTENTISITAS HADIS MENURUT MUHADDISIN

Muhammad Zulkifli (2014) METODE AHLI SUFI DALAM MENENTUKAN OTENTISITAS HADIS MENURUT MUHADDISIN. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Riau Sultan Syarif Kasim Riau.

[img]
Preview
Text
fm.pdf

Download (96kB) | Preview
[img]
Preview
Text
bab 1 .pdf

Download (75kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB II.pdf

Download (235kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB III.pdf

Download (267kB) | Preview
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (227kB)
[img]
Preview
Text
BAB V.pdf

Download (25kB) | Preview
[img]
Preview
Text
em.pdf

Download (22kB) | Preview

Abstract

Skripsi ini berjudul “METODE AHLI SUFI DALAM MENENTUKAN OTENTISITAS HADITS MENURUT ULAMA MUHADDIS” Pada sekripsi ini, penulis mencoba mengangkat pemahaman ahli sufi dalam menentukan keotentikan hadits, karena para ulama telah merumuskan beberapa kriteria bahwa suatu hadits bisa dinyatakan berkualitas shahih, baik dari segi sanad maupun matannya, apabila ia diriwayatkan dengan sanad yang bersambung (Ittishal al Sanad) kepada Nabi SAW, sanad itu terdiri dari rawi-rawi yang ‘adil (memiliki integritas moral), dhabit (memiliki hafalan yang kuat), sementara dalam sanad dan matan juga tidak teradapat Illat (cacat), dan syudzudz (berlawanan dengan hadits yang lebih unggul kualitasnya). Jika suatu hadits telah memenuhi kriteria-kriteria tersebut maka suatu hadits bisa dinyatakan berkualitas shahih dan bisa dijadikan sebagai hujjah (sumber dalam agama Islam), baik dalam masalah yang berkaitan dengan akidah, hukum (syari’at) maupun moral atau akhlak. Dalam hal ini sebagian ahli sufi menyebutkan persyaratan lain dalam membuktikan otentisitas hadits. Dimana muncul sebuah pemikiran bahwa dalam menentukan kualitas hadits cukup dilihat dari materi hadits (matan hadits), bagi mereka yang terpenting adalah materi hadits itu mengajak untuk berbuat baik, persoalan sanad-nya palsu dan sebagainya itu urusan lain. Sebagian dari ahli sufi beranggapan bahwa otentisitas hadits tidak harus mengikuti persyaratan yang telah dirumuskan oleh ulama ahli hadits, melainkan cukup dengan apa yang mereka sebut dengan Kasyf dan klaim bertemu Nabi SAW dalam keadaan terjaga. Bahkan keshahihan sebuah hadits dapat ditentukan oleh dzauq (perasaan) orang yang memiliki tingkat spiritual yang tinggi. Sebagian ahli sufi ini merasa tidak terikat dengan persyaratan keshahihan hadits yang telah disepakati oleh jumhur ulama, sehingga dalam prakteknya banyak hadits-hadits yang diklaim shahih oleh sebagian orang-orang sufi, ternyata palsu menurut jumhur ulama hadits. Keyakinan kaum sufi yang sepeti ini disebabkan kesalahan mereka dalam memahami hadits,“Siapa yang melihat-Ku saat mimpi, maka ia akan melihat-Ku dalam keadaan sadar, dan setan tidak bisa menyerupai diri-Ku.” Hadits shahih ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah. Kaum sufi dalam memahami hadits ini secara tekstual, dan hadits tersebut mempunyai arti yang lebih umum. Jadi untuk memahami hadits tersebut, perlu memperhatikan hadits-hadits lain yang membicarakan tema yang sama. Dalam kitab Shahih Muslim beliau meriwayatkan hadits melalui jalur Abu Hurairah. Hadits ini mempunyai arti yang lebih khusus. Dengan demikian makna hadits “Siapa yang bermimpi, maka ia akan melihat-Ku secara nyata” Tidak seperti yang dipahami kaum sufi selama ini yang benar-benar bertemu langsung dengan Nabi SAW, tetapi merupakan hanya sebuah pengandaian. Kata kuci untuk memahami hadits tersebut adalah lafazh “ ”لكأ نماyang berati sesuatu pengandaian. Kalau kedua riwayat tersebut digabungkan, maka hadits itu berarti. “Siapa yang bermimpi melihat-Ku, maka seakan-akan ia telah bertemu langsung dengan-Ku. Para ulama menilai metode yang digunakan sebagian ahli sufi tidak masuk akal. Tidak masuk akalnya metode ahli sufi terhadap otentisitas hadits melalui metode liqa’ al-Nabi dan Thariq al-Kasyf maka dipandang lemah secara metodologi, Oleh karena itu, hadits-hadits yang dishahihkan oleh kaum sufi melalui metode liqa’ al-Nabi dan Thariq al-Kasyf tidak bisa dijadikan sebagai hujjah atau landasan hukum.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: 200 Agama > 290 Agama Selain Kristen > 297 Islam > 297.1 Sumber-sumber Agama Islam, Kitab Suci Agama Islam > 297.1226 Tafsir Al-Qur'an, Ilmu Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Ilmu Alqur'an dan Tafsir
Depositing User: eva sartika
Date Deposited: 26 Apr 2016 05:34
Last Modified: 26 Apr 2016 05:34
URI: http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/3680

Actions (login required)

View Item View Item