SAPRIYANTO, - (2020) HIMAR DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN DAN RELEVANSINYA DENGAN KONDISI MASYARAKAT MASA KINI (SOSIOLOGI). Skripsi thesis, USHULUDDIN.
Text (BAB IV PEMBAHASAN)
BAB IV PEMBAHASAN.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (985kB) |
|
Text
SKRIPSI LENGKAP.pdf Download (5MB) |
Abstract
Abstrak Himar adalah hewan yang dikenal sebagai lambang kebodohan, karena hal tersebut Allah jelaskan di dalam al-Qur’an. Akan tetapi, pada kenyataannya himar tidak sepenuhnya bodoh, bahkan memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya adalah, dijadikan kendaraan masa lalu, dijadikan sebagai hiasan rumah, dan pada saat ini dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Bahkan, ditinjau dari segi tafsir, ada kisah-kisah menarik tersendiri yang turut mewarnai penafsiran para mufassir terhadap himar yang memiliki relevansi dengan kondisi sosial masyarakat masa kini. Sehingga penulis tertarik untuk mengkaji “Himar Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Relevansinya Dengan Kondisi Masyarakat Masa Kini (Sosiologi)”, dengan mengutip penafsiran Ibnu Katsir, Quraish Shihab, Buya HAMKA, dan al-Maraghi. Adapun pokok permasalahan yang dibahas adalah, Bagaimanakah konsep himar dalam perspektif al-Qur’an, dan bagaimanakah relevansinya dengan kondisi masyarakat masa kini? Adapun jenis penelitian ini adalah Library Research, dengan metode penafsiran TafsirTematik Ayat, dengan teknik analisis Deskriptif Analisis. Adapun hasil penelitian ini adalah: Konsep Al-Qur’an tentang himar meliputi tiga aspek, yaitu dari segi penggunaan himar untuk menjadi bukti tanda kekuasaan Allah dalam Qs. Al-Baqarah ayat 259, dari segi pemanfaatan himar sebagai hewan tunggangan dan hiasan dalam Qs. An-Nahl ayat 8, dan segi amtsal atau perumpamaan dengan himar yang meliputi; Pertama, amtsal dalam Qs. Lukman ayat 19,yang berisi larangan manusia bertutur kata layaknya suara keledai. Karena seburuk-buruk suara, adalah suara keledai. Maksudnya adalah larangan dalam hal kerasnya suara dan manfaat yang terkandung didalamnya, yang sesungguhnya Allah hendak mengajarkan kepada kita akan adab dalam berbicara agar tidak berbicara dengan suara keras melebihi batas kebiasaan, dan hendaknya kita berbicara yang baik-baik dan mengandung manfaat di dalamnya. Ke-dua amtsal dalam Qs. Al-Jumu’ah ayat 5, yang berisi perumpaman orang-orang Yahudi yang diberi Taurat namun tidak beriman dan beramal dengan Taurat tersebut, sehingga mareka diserupakan dengan keledai yang membawa kitab-kitab, yang mana keledai tersebut tidak mengetahui kitab apa yang dibawanya, serta apa isi kitab tersebut. Dan yang ke-Tiga, amtsal dalam Qs. Al-Mudatsir ayat 50, yang berisi perumpamaan terhadap orang kafir yang lari, dan menghindar dari kebenaran al-Qur’an yang di dakwahkan oleh Rasulullah Saw. kepada mareka, karena takut Rasulullah akan merubah, mencela, dan menyebabkan kepercayaan terhadap nenek-moyang mareka ditinggalkan pengikutnya. Hal ini Allah serupakan seperti keledai yang lari terbirit-birit seperti dikejar kawanan singa. Akan tetapi karena kebodohan mareka, justru ketakutan orang-orang kafir tersebut menjerumuskan diri mareka dalam bahaya, yakni kesesatan yang nyata. Adapun relevansi konsep himar perspektif al-Qur’an dengan konteks masyarakat masa kini (sosiologi) adalah, dalam segi kisah dan perilaku masyarakat yang sesuai dengan kandungan ayat-ayat al-Qur’an yang khusus membicarakan tentang himar didalam al-Qur’an. Kata Kunci: Himar, Al-Qur’an, Sosiologi
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Subjects: | 200 Agama > 290 Agama Selain Kristen > 297 Islam > 297.1 Sumber-sumber Agama Islam, Kitab Suci Agama Islam > 297.1226 Tafsir Al-Qur'an, Ilmu Tafsir 000 Karya Umum |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Ilmu Alqur'an dan Tafsir |
Depositing User: | fushu - |
Date Deposited: | 19 Jun 2020 03:14 |
Last Modified: | 19 Jun 2020 03:14 |
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/27451 |
Actions (login required)
View Item |