Bagus Setiawan (2018) Konsep Pemimpin Dalam Perspektif Ibnu Tamiyyah (661-728H). Thesis thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
|
Text
1. 201813THK_COVER.pdf Download (311kB) | Preview |
|
|
Text
2. 201813THK_SCAN PENGESAHAN.pdf Download (315kB) | Preview |
|
|
Text
3. 201813THK_KATA PENGANTAR.pdf Download (334kB) | Preview |
|
|
Text
4. 201813THK_DAFTAR ISI.pdf Download (313kB) | Preview |
|
|
Text
5. 201813THK_ABSTRAK.pdf Download (371kB) | Preview |
|
|
Text
6. 201813THK_BAB 1.pdf Download (488kB) | Preview |
|
|
Text
7. 201813THK_BAB II.pdf Download (424kB) | Preview |
|
Text
9. 201813THK_BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (957kB) |
||
|
Text
10 201813THK_BAB V.pdf Download (332kB) | Preview |
|
|
Text
11. 201813THK_DAFTAR KEPUSTAKAAN.pdf Download (349kB) | Preview |
Abstract
Kewajiban bernegara mengharuskan adanya pemimpin, menurut riwayat perjalanan Negara Indonesia, semenjak merdeka banyak pemimpin yang tidak mampu menjalankan roda pemerintahan dengan baik, dikarenakan korupsi, kolusi, dan nepotisme yang menjalar di kepribadian mereka. Sebagai solusi, Ibnu Taimiyyah memberikan konsep pemimpin yang baik. Masih dalam pembahasan pemimpin, belakangan ini, umat islam terjerat dengan polemik pengangkatan pemimpin non muslim bagi umat islam. Dan polemik itu disebabkan oleh statement Ibnu Taimiyyah yang mengatakan bahwa Allah akan menolong negara yang adil, walaupun kafir. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan jenis penelitian kepustakaan (Library research) , dan menggunakan sumber data dalam rangka penyempurnaan kajian ilmiah yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Dalam memakai analisa data dapat di ambil data secara deskriptif analitis dan metode hermeneutika. Konsepsi Ibnu Taimiyah tentang pemimpin meliputi Kuat dan Amanah, Yang dimaksud dengan kuat adalah yang pertama kuat dalam memimpin diri sendiri dari perbuatan yang menyimpang, kemudian yang kedua adalah kuat dalam memimpin orang lain. Selanjutnya Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa sifat kuat dalam pemimpin hendaklah disesuaikan dengan wilayah yang dipimpin, dengan contoh, apabila suatu negara dalam keadaan membutuhkan pertahanan dari musuh, maka wajib bagi rakyat untuk memilih pemimpin yang cakap dalam straregi bertahan dari musuh. Kemudian yang dimaksud dengan amanah adalah taqwa kepada Allah Swt, menjalankan perintah Nya dan menjauhi larangan Nya. Tentang pendapat Ibnu Taimiyyah yang seringkali menjadi dalil bagi sekelompok umat Islam untuk membolehkan memilih pemimpin non muslim merupakan penafsiran yang salah, teramat banyak ayat Al-Qur’an yang secara hukum sangat jelas mewajibkan Umat Islam untuk memilih pemimpin muslim. Maka merujuk kepada statement tersebut, Ibnu Taimiyyah bukan membicarakan tentang memilih pemimpin, akan tetapi Ibnu Taimiyyah sedang membicarakan keadilan. Sehingga penafsiran yang benar adalah, jika suatu negara menjunjung nilai keadilan, maka Allah akan datang dengan pertolongan Nya, walaupun negara tersebut kafir, dan sebaliknya walaupun negara itu beriman, akan tetapi nilai keadilan tidak dijunjung dengan baik, maka Allah tidak akan datang dengan pertolongan Nya.
Item Type: | Thesis (Thesis) |
---|---|
Subjects: | 300 Ilmu Sosial > 340 Ilmu Hukum |
Divisions: | Program Pascasarjana > S2 > Hukum Keluarga |
Depositing User: | Ms. Melda Fitriana |
Date Deposited: | 21 Jun 2019 08:08 |
Last Modified: | 21 Jun 2019 08:08 |
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/14187 |
Actions (login required)
View Item |