Wira Lestari (2015) KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG DILI’AN MENURUT IMAM ABU HANIFAH. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
|
Text
fm.pdf Download (225kB) | Preview |
|
|
Text
BAB I.pdf Download (122kB) | Preview |
|
|
Text
BAB II.pdf Download (122kB) | Preview |
|
|
Text
BAB III.pdf Download (168kB) | Preview |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (148kB) |
||
|
Text
BAB V.pdf Download (18kB) | Preview |
|
|
Text
em.pdf Download (17kB) | Preview |
Abstract
Skripsi ini berjudul “KEWAJIBAN SUAMI TERHADAP ISTRI YANG DILI’AN MENURUT IMAM ABU HANIFAH”. Li’an merupakan salah satu problem yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga, dimana li’an ini bisa terjadi apabila suami yang bersumpah menuduh istrinya berzina dan istrinya menyangkal hal itu ataupun suami yang tidak mengakui kehamilan istrinya. Dalam latarbelakang penulisan ini dipaparkan bahwa jumhur ulama berpendapat istri yang dilian tidak ada kewajiban suami terhadapnya. Akan tetapi Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa adanya kewajiban suami terhadap istri yang dil’ian. Adapun masalah dalam penelitian ini ialah mengenai pendapat Imam Abu Hanifah tentang kewajiban suami terhadap istri yang dili’an, alasan dan dasar hukum yang digunakan Imam Abu Hanifah. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapat Imam Abu Hanifah tentang kewajiban suami terhadap istri yang dili’an. penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (Library reseach) dengan menggunakan kitab Bada’i As-Shona’i Karangan Imam Ala’uddin Abu Bakar bin Mas’ud Al-Kasani Al-Hanafi dan Al-Mabsuth Karangan Al- Syamsuddin Al-Syarkashi sebagai rujukan primer, sedangkan bahan sekunder dalam tulisan ini adalah sejumlah literatur yang ada kaitan dengan penelitian ini. Metode analisa data yang digunakan adalah deduktif, induktif dan komperatif. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa adanya kewajiban suami terhadap istri yang dili’an. karena akibat lian menurut Imam Abu Hanifah adalah talak ba’in dimana wanita yang ditalak ba’in ini masih mendapatkan hak nafkah dan tempat tinggal menurut beliau. Adapun alasan dan dasar hukum yang digunakan Imam Abu Hanifah dalam masalah ini adalah Q.S At-Thalak, hadits dan qiyas. Dalam permasalahan kewajiban suami terhadap istri yang dili’an ini, penulis lebih cenderung berpegang kepada pendapat jumhur ulama yang berpendapat bahwa perceraian karena li’an ini adalah fasakh dan bekas istri tidak berhak mendapatkan nafkah selama masa iddahnya juga tidak mendapat tempat tinggal.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Subjects: | 200 Agama > 290 Agama Selain Kristen > 297 Islam > 297.5 Etika Islam, Praktik Keagamaan > 297.56 Etika Moral Islam dalam Hal Tertentu |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Hukum Keluarga (Ahwal Al-Syakhsiyah) |
Depositing User: | eva sartika |
Date Deposited: | 14 Sep 2016 19:04 |
Last Modified: | 14 Sep 2016 19:04 |
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/7338 |
Actions (login required)
View Item |