Search for collections on Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository

STATUS KEABSAHAN WUDHU' TANPA DINIATKAN UNTUK IBADAH MENURUT PEMIKIRAN IBNU HAZM DAN IMAM AL-NAWAWI

MUHAMMAD AMAR, - (2025) STATUS KEABSAHAN WUDHU' TANPA DINIATKAN UNTUK IBADAH MENURUT PEMIKIRAN IBNU HAZM DAN IMAM AL-NAWAWI. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

[img]
Preview
Text (BAB GABUNGAN)
Dokumen dari Muhammad Amar - Muhammad Amar.pdf - Published Version

Download (1MB) | Preview
[img] Text (Hasil)
Dokumen dari Muhammad Amar - Muhammad Amar (1).pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (526kB)
[img]
Preview
Text (Pernyataan)
Dokumen dari Muhammad Amar - Muhammad Amar (2).pdf - Published Version

Download (602kB) | Preview

Abstract

Kebersihan dan kesucian merupakan aspek penting dalam ajaran Islam. terutama dalam pelaksanaan ibadah. Wudhu sebagai bentuk thaharah memiliki aturan dan tujuan tertentu yang menjadi syarat sahnya ibadah, termasuk sholat. Namun, terdapat perbedaan pandangan di kalangan ulama mengenai peran niat dalam keabsahan wudhu, khususnya apakah wudhu tanpa niat untuk sholat tetap dianggap sah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status keabsahan wudhu tanpa niat untuk sholat menurut pemikiran Ibnu Hazm dan Imam Al-Nawawi kemudian memahami landasan pemikiran keduanya terkait status keabsahan tersebut, serta mengidentifikasi perbedaan pandangan antara Ibnu Hazm dan Imam Al-Nawawi dalam hal ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode library research dan pendekatan perbandingan hukum (comparative approach) yang membandingkan Pemikiran Ibnu Hazm dan Imam Al-Nawawi dalam kajian fiqh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ibnu Hazm berpendapat bahwa wudhu hanya sah apabila diniatkan khusus untuk melaksanakan sholat, sehingga tanpa niat tersebut wudhu dianggap tidak sah. Sebaliknya, Imam Al-Nawawi berpendapat bahwa wudhu tetap sah meskipun tanpa niat untuk sholat, seperti ketika wudhu dilakukan untuk keperluan selain thadah, misalnya sebelum makan atau tidur. Perbedaan pandangan ini dipengaruhi oleh perbedaan metode pengambilan dalil, pemahaman nash, dan pendekatan ijtihad yang digunakan masing-masing ulama. Berdasarkan analisis, penulis cenderung menguatkan pendapat Imam Al-Nawawi karena dianggap lebih komprehensif dan relevan dalam menetapkan hukum keabsahan wudhu, terutama dalam konteks niat sebagai syarat ibadah. Pendapat ini memberikan kemudahan dan keluwesan bagi umat Islam dalam menjalankan wudhu tanpa harus terikat pada niat khusus setiap kali melakukannya.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Contributors:
ContributionContributorsNIDN/NIDKEmail
Thesis advisorZULFAHMI BUSTAMI, -2005106701bnzulfahmi@gmail.com
Thesis advisorBASIR, -2015058202basir@uin-suska.ac.id
Subjects: 000 Karya Umum
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Mazhab dan Hukum
Depositing User: Mr. doni s
Date Deposited: 16 Jul 2025 06:40
Last Modified: 16 Jul 2025 06:40
URI: http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/90371

Actions (login required)

View Item View Item