Search for collections on Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository

URGENSI KAFA’AH DALAM PERKAWINAN MENURUT PERSPEKTIF IMAM SYAFI’I

Ropi Sustra (2014) URGENSI KAFA’AH DALAM PERKAWINAN MENURUT PERSPEKTIF IMAM SYAFI’I. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

[img]
Preview
Text
FM.pdf

Download (233kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB I.pdf

Download (137kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB II.pdf

Download (77kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB III.pdf

Download (146kB) | Preview
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (175kB)
[img]
Preview
Text
BAB V.pdf

Download (20kB) | Preview
[img]
Preview
Text
EM.pdf

Download (22kB) | Preview

Abstract

Skripsi ini ditulis dengan latar belakang bahwa, dalam Islam tidak mengenal adanya perbedaan status sosial seseorang, perbedaan seseorang dengan orang lainnya hanya terletak pada tingkat ketakwaannya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hujaraat ayat 13. Demikian halnya dengan pernikahan, maka yang menjadi tolak ukur paling mendasar dalam menentukan seorang itu kafa’ah atau tidaknya adalah tingkat ketakwaannya. Imam Syafi’i berpendapat bahwa kafa’ah itu penting untuk mencegah hal-hal yang dapat merugikan wanita dalam pernikahannya, dimana menurut beliau kafa’ah itu meliputi empat aspek, yaitu: agama, nasab, kemerdekaan, dan selamat dari aib (cacat), jika terjadi pernikahan yang tidak sekufu dalam empat aspek tersebut maka, pernikahannya tidak dibolehkan dan masing-masing pihak dapat melakukan khiyar untuk melanjutkan atau membatalkan pernikahannya. Pendapat Imam Syafi’i ini secara lahiriyah bertentangan dengan prinsip-prinsip kesamaan dalam Islam sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Hujaraat ayat 13. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apa pentingnya tuntutan kafa’ah dalam perkawinan, apa saja yang menjadi unsur-unsur kafa’ah dalam perkawinan, bagaimana konsekuensi keberadaan kafa’ah dalam perkawinan, dan bagaimana kekuatan argumentasi Imam Syafi’i tentang kafa’ah. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya tuntutan kafa’ah dalam perkawinan, mengetahui unsur-unsur kafa’ah dalam perkawinan, mengetahui konsekuensi keberadaan kafa’ah dalam perkawinan, dan mengetahui kekuatan argumentasi Imam Syafi’i tentang kafa’ah. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menjadikan kitab al-Umm, kitab ar-Risalah dan Mukhtasar Kitab al-Umm fi al-Fiqhisebagai sumber primer, didukung oleh buku-buku lainnya yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya: Zadul Ma’ad(penyusun:Ibnu Qayyim), Fiqh Perbandingan Lima Madzhab (penyusun: Muhammad Ibrahim Jannati), Fiqh Munakahat (penyusun: H. Abd. Rahman Ghazaly), al-Mughni (penyusun: Ibnu Qudhamah), Halal dan Haram dalam Islam (penyusun: Yusuf al-Qadhawi), Fiqh Islam wa Adillatuhu (penyusun: Wahab al-Zuhaili). Data diperoleh dengan cara mencari literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan kemudian dianalisis dengan metode deskriptif analitik, metode komparatif. Mayoritas ulama memandang penting adanya kafa’ah adalah untuk kemaslahatan dalam pernikahan, dengan adanya kafa’ah apa saja yang menjadi tujuan perkawinan akan mudah tercapai. Kendati demikian kafa’ah bukanlah syarat sahnya perkawinan, melainkan hanya syarat lazimnya suatu akad. Adapun unsur-unsur kafa’ah meliputi agama, nasab, kehormatan, kekayaan, propesi, dan terbebas dari cacat (aib). Walaupun dipandang penting, namun konsep kafa’ah dipandang dapat merubah paradigma masyarakat menuju sikap materialisme. Imam Syafi’i dalam mengemukakan argumennya tentang kafa’ah menggunakan dalil nash dan dalil logika, di mana dalil nash yang digunakan adalah hadits riwayat Buraidhah, tentang hak seorang wanita untuk membatalkan pernikahannya ketika ia melihat suaminya tidak setara dengannya. Sedangkan dalil logika, beliau mengungkapkan bahwa pernikahan itu tidak boleh merugikan si wanita, dalam hal ini Imam Syafi’i menganalogikan akad nikah dengan akad jual beli, dimana pada akad jual beli jika para pihak merasa dirugikan maka ia dapat menggunakan hak khiyar terhadap akad tersebut. Sedangkan dari segi kelanggengan akad menurut Imam Syafi’i pernikahan yang tidak sekufu itu merupakan pernikahan yang tidak lazim dan tidak mengikat, sehingga sewaktu-waktu akad tersebut dapat dibatalkan. Hal ini menurut Imam Syafi’i sama halnya dengan nikah mut’ah yang tidak dibolehkan

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: 200 Agama > 290 Agama Selain Kristen > 297 Islam > 297.5 Etika Islam, Praktik Keagamaan > 297.577 Perkawinan Menurut Islam, Pernikahan Menurut Islam, Munakahat
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Hukum Keluarga (Ahwal Al-Syakhsiyah)
Depositing User: Feni Marti Adhenova
Date Deposited: 17 Nov 2016 04:51
Last Modified: 17 Nov 2016 04:51
URI: http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/8929

Actions (login required)

View Item View Item