MARA TOGUAN SIREGAR, - (2025) HUKUM MENIKAHI DUA WANITA SEKALIGUS DALAM SATU AKAD PERSPEKTIF MAZHAB MALIKI DAN MAZHAB SYAFI’I. Skripsi thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU.
|
Text
SKRIPSI MARA TOGUAN SIREGAR.pdf Download (2MB) | Preview |
|
![]() |
Text (BAB IV)
BAB IV.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (929kB) |
Abstract
ABSTRAK Mara Toguan Siregar (2025): Hukum Menikahi Dua Wanita Sekaligus dalam Satu Akad Perspektif Mazhab Maliki dan Mazhab Syafi’i Penulisan skripsi ini dilatar belakangi bahwa adanya perbedaan pendapat mengenai hukum menikahi dua wanita sekaligus dalam satu akad dari perspektif mazhab Maliki dan Syafi’i. Permasalahan ini muncul akibat fenomena sosial yang memperlihatkan praktik tersebut, Dalam sekian kasus yang mencuat di ruang publik, perkawinan seorang laki-laki dengan dua wanita tersebut hanya menetap terpenuhinya syarat dan rukun berdasarkan hukum Islam yang telah berlaku di masyarakat, hal ini menunjukkan lahirnya masalah-masalah baru yaitu tidak ditemukannya peraturan secara tertulis yang dicantumkan dalam al-Qur’an maupun Undang-undang Perkawinan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pandangan kedua mazhab terhadap keabsahan akad, serta menganalisis persamaan dan perbedaannya. Penelitian menggunakan metode kualitatif berbasis kajian kepustakaan (Library Research) dengan pendekatan perbandingan hukum. Data utama diperoleh dari kitab-kitab klasik seperti al-Mudawwanah karya imam Malik dan al-Umm karya imam Syafi’i, serta sumber sekunder berupa literatur seperti buku, artikel dan jurnal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; pertama, mazhab Syafi’i secara umum tidak memperbolehkan penggabungan dua akad dalam satu pernikahan karena berpotensi menimbulkan ketidakjelasan hukum, terutama dalam pembagian hak-hak seperti mahar. Kedua, sebaliknya, mazhab Maliki lebih fleksibel, membolehkan praktik ini asalkan mahar untuk masing-masing wanita disebutkan secara terpisah. Dari perbandingan ini, terlihat bahwa imam Syafi’i lebih ketat dan tegas dalam hal kejelasan hukum dan pemenuhan syarat-syarat pernikahan. Ia mengharuskan agar setiap akad memiliki ketentuan yang jelas dan tidak ada kerancuan, terutama dalam hal mahar. Sebaliknya, Imam Malik menunjukkan fleksibilitas yang lebih tinggi dengan membolehkan dua akad dalam satu pernikahan, asalkan mahar disebutkan secara terpisah, dan memberikan kebebasan memilih bagi wanita merdeka dalam hal pernikahan dengan budak. Ketiga, penelitian ini memberikan kontribusi pada kajian hukum Islam dengan menambah pemahaman terhadap praktik pernikahan yang tidak lazim, sekaligus sebagai referensi bagi masyarakat dan peneliti dalam memahami keragaman pandangan hukum Islam. Kata Kunci: Menikah, Akad, Kompratif
Item Type: | Thesis (Skripsi) | ||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Contributors: |
|
||||||||||||
Subjects: | 300 Ilmu Sosial > 340 Ilmu Hukum 000 Karya Umum |
||||||||||||
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Mazhab dan Hukum | ||||||||||||
Depositing User: | Hacked fasih - | ||||||||||||
Date Deposited: | 30 Jan 2025 07:19 | ||||||||||||
Last Modified: | 30 Jan 2025 07:19 | ||||||||||||
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/86517 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |