Search for collections on Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository

STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABU HANIFAH TENTANG KEBOLEHAN MENERIMA HARTA WARIS DARI MUWARIS MURTAD

MUHAMMAD HANIF, - (2024) STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABU HANIFAH TENTANG KEBOLEHAN MENERIMA HARTA WARIS DARI MUWARIS MURTAD. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

[img]
Preview
Text
GABUNGAN SKRIPSIKECUALI BAB IV.pdf

Download (2MB) | Preview
[img] Text (BAB IV)
BAB IV PEMBAHASAN.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (2MB)

Abstract

ABSTRAK Muhammad Hanif, (2024): Studi Analisis Pemikiran Abu Hanifah tentang Kebolehan Menerima Harta Waris dari Muwaris Murtad Penelitian ini dilatarbelakangi perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai mewarisi harta orang murtad, banyak ulama yang tidak sepakat diantaranya Imam Syafi‟i, Imam Maliki dan Imam Hambali mereka berpendapat semua harta orang murtad itu menjadi harta fa‟i dan ditaruh di kas perbendaharaan Negara Islam (Baitul Mal). Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah pendapat Abu Hanifah tentang orang islam boleh menerima harta waris dari muwaris murtad dan relevansinya pendapat Abu Hanifah denga pembagian warisan dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana pendapat Abu Hanifah tentang orang islaam boleh menerima harta waaris dari muwaris dan Untuk mengetahui bagaimana relevansinya pendapat Abu Hanifah dengan pembagian warisan dalam masyarakat. Jenis penelitian ini ialah penelitian pustaka (library research) dengan metode ini merujuk dari serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Hasil dari penelitian ini ialah Pendapat Abu Hanifah tentang kebolehan menerima harta waris dari muwaris murtad berbeda dengan mayoritas ulama lainnya. Abu Hanifah membolehkan ahli waris muslim menerima harta waris dari muwaris murtad berdasarkan interpretasinya terhadap ayat Al-Qur'an dan Fatwa Sahabat. Ia menganggap bahwa hubungan kerabat atau darah lebih berhak dalam mewarisi harta daripada perbedaan agama. Namun, pendapat ini masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Abu Hanifah memandang bahwa hubungan kekerabatan atau hubungan darah mempunyai hak waris yang lebih tinggi dibandingkan orang beriman, sehingga membolehkan umat Islam mewarisi muwaris yang murtad. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya relevan dengan keadaan dalam masyarakat, karena kebanyakan masyarakat memandang bahwa perbedaan agama menjadi penghalang mewarisi, bukan hubungan kekerabatan. Penulis tidak sepakat dengan pendapat Abu Hanifah karena percaya bahwa perbedaan agama menjadi penghalang dalam mewarisi, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis dan Al-Qur'an. Kata Kunci: Analisis Abu Hanifah, Harta Waris, Muwaris Murtad

Item Type: Thesis (Skripsi)
Contributors:
ContributionNameNIDN/NIDKEmail
Thesis advisorDr. HENDRI SAYUTI, M.Ag, -2029087001hendri.sayuti@uin-suska.ac.id
Thesis advisorHAIRUL AMRI, M.Ag, -2023087301hairul.amri@uin-suska.ac.id
Subjects: 200 Agama > 290 Agama Selain Kristen > 297 Islam > 297.5 Etika Islam, Praktik Keagamaan > 297.56 Etika Moral Islam dalam Hal Tertentu
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Hukum Keluarga (Ahwal Al-Syakhsiyah)
Depositing User: fasih -
Date Deposited: 26 Mar 2024 07:26
Last Modified: 26 Mar 2024 07:26
URI: http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/78178

Actions (login required)

View Item View Item