Tifani Trinowaty (2015) PENERAPAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO.31/DSN-MUI/VI/2002 PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DITINJAU MENURUT EKONOMI SYARIAH (Study Kasus Pada PT. BTN Kantor Cabang Syariah Pekanbaru). Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Preview	Text fm.pdf Download (258kB) | Preview
Preview	Text BAB I.pdf Download (69kB) | Preview
Preview	Text BAB II.pdf Download (111kB) | Preview
Preview	Text BAB III.pdf Download (270kB) | Preview
	Text BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (106kB)
Preview	Text BAB V.pdf Download (12kB) | Preview
Preview	Text em.pdf Download (14kB) | Preview

Abstract

Adanya persaingan antar bank syariah dalam menarik minat nasabah dan berlomba-lomba dalam memberikan keringanan didalam pembayaran ataupun angsurannya, dan karena perbedaan atas bunga yang terdapat pada bank konvensional, sehingga nasabah memilih mengajukan permohonan take over ke bank syariah, demi mendapat keringanan dan angsuran pokok yang tetap. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Penerapan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.31/DSN-MUI/VI/2002 Pada Pembiayaan Take Over Ditinjau Menurut Ekonomi Syariah (Study Kasus Pada PT. BTN Kantor Cabang Syariah Pekanbaru). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penerapan fatwa Dewan Syariah Nasional No.31/DSN-MUI/VI/2002 tentang pembiayaan take over pada PT. BTN KC Syariah Pekanbaru telah sesuai syariah apa tidaknya. Jenis penelitian ini adalah field research (penelitian di lapangan), dengan menggunakan metode pengumpulan data baik berupa wawancara, observasi, angket dan literatur-literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, baik sebagai sumber primer maupun sekunder. Sedangkan metode yang digunakan untuk analisa data yaitu metode deskriptif kualitatif. Dilihat dari segi pengambilan margin, pada setiap bank syariah memang berbeda-beda dalam menentukan margin dan beban nisbah. Sementara, margin yang diambil oleh Bank BTN KC Syariah Pekanbaru berdasarkan akad murabahah, yang mana murabahah adalah jual beli dengan adanya tambahan harga asal ditambah keuntungan yang disepakati bersama, menyesuaikan dengan jumlah nominal dari harga jual aset. Pembayaran angsuran bisa lebih rendah jika pembelian dan pembayaran jika dalam jangka waktu lebih cepat dan sebaliknya bila tenggang waktu lebih lama maka harga bisa semakin tinggi. Proses akad pembiayaan take over pada PT. BTN KC Syariah Pekanbaru, menggunakan dua akad yang terdapat pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No.31/DSN-MUI/VI/2002 alternatif pertama yaitu akad qardh dan akad murabahah, yang dialaksanakan dengan pemberian qardh kepada nasabah, untuk melunasi sisa hutang pokok yang ada di bank konvensional, setelah aset menjadi milik nasabah kemudian nasabah menjualnya kepada bank syariah untuk melunasi qardh tersebut. Dan setelah aset menjadi milik bank syariah, kemudian pihak bank syariah menjual aset tersebut secara murabahah, dengan begitu terjadilah transaksi take over. Menurut syariah, akad yang digunakan tersebut kurang sesuai syariah, dimana disana terjadi proses pembelian kembali (bai’ al-inah), yaitu pemilik aset menjual asetnya dengan janji dibeli kembali. Akad musyarakah mutanaqisah-lah yang dianggap lebih sesuai syariah, dimana menggunakan dua akad yaitu syirkah (kerja sama) dan ijarah (sewa). Jadi disini, bank syariah dan nasabah bekerja sama untuk melakukan take over tersebut, dan setelah itu nasabah menyewa dengan akad ijarah muntahiya bi al- tamlik yaitu penyewaan dengan akhir menjadi pemilik sepenuhnya.

Actions (login required)

View Item