ELSA FATIMAH, - (2022) REZEKI PERSPEKTIF AZ-ZAMAKHSYARI DAN IBN KATSIR PADA QS. YUNUS AYAT 59. Thesis thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Text (Bab IV)
Bab IV.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (4MB) |
||
|
Text (Bab Gabungan)
Gab.pdf - Published Version Download (4MB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK Elsa Fatimah (2022): Rezeki Perspektif Az-Zamakhsyari dan Ibn Katsir pada QS. Yunus Ayat 59 Rezeki menurut Kamus Besar bahasa Indonesia yaitu segala sesuatu yang dipakai untuk memelihara kehidupan yang diberikan Tuhan, seperti makanan, nafkah, pendapatan, keuntungan dan lain sebagainya. Beberapa mufassir mengemukakan pendapatnya mengenai arti rezeki, diantaranya menurut Hamka, rezeki ialah pemberian atau karunia Allah yang diberikan kepada makhluk-Nya untuk dimanfaatkan dalam kehidupan. Menurut Quraish Shihab, rezeki ialah segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, baik dalam material maupun spiritual. Menurut Ibn Khaldun, ia mendefinisikan rezeki yaitu peranan manusia sebagai pengelola sumber-sumber alam yang telah ditundukkan oleh Allah. Mu’tazilah mendefinisikan rezeki dengan sesuatu yang dimiliki yang dikonsumsi oleh yang memilikinya. Karena itu, menurut Mu’tazilah, sesuatu yang haram itu tidak disebut dengan rezeki. Penelitian ini tergolong penelitian kepustakaan (library research), yang sifatnya termasuk penelitian deskriptif analisis. Pengumpulan data dengan cara membedakan antara data primer dan data sekunder, kitab Tafsir al-Kasyaf dan Tafsir Ibn Katsir merupakan data primer, sedangkan data sekunder diambil dari buku-buku lain yang masih terkait dengan judul penelitian. Analisis Komparatif yaitu teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat perbandingan antar elemen. Tafsir al-kasyaf merupakan karya Zamakhsyari, beliau adalah seorang mufasir penganut paham Mu’tazilah. Ia terinspirasi menulis kitab ini karena adanya permintaan dari kelompok Mu’tazilah. Tafsir Ibn Katsir merupakan karya Ibn Katsir, latar belakang penulisan kitab ini sebagaimana ibn katsir mengatakan dalam pendahuluan kitabnya, bahwa kewajiban yang terpikul di pundak para ulama ialah menyelidiki makna-makna Kalamullah dan menafsirkannya, menggali dari sumber-sumbernya serta mempelajari hal tersebut dan mengajarkannya. Menurut Zamakhsyari dalam tafsirnya al-Kasyaf sesuatu yang haram itu tidak disebut dengan rezeki. Sebagaimana dalil yang digunakan Mu’tazilah untuk menunjukkan rezeki itu hanya pantas disebutkan pada yang halal semata QS. Yunus ayat 59. Sedangkan menurut Ibn Katsir dan Ahlu Sunnah, rezeki digunakan untuk menunjukkan segala sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan, baik halal maupun haram. Adapun dalil yang digunakan nya yaitu QS. Hud ayat 6, dan QS. Al-Maidah ayat 88. Jelas lah bahwa pandangan Ahlu Sunnah lebih tepat. Bahwa rezeki itu mencakup baik itu halal dan baik itu haram. Ketika seseorang mencari rezekinya dengan cara halal, maka berkah atasnya, sebaliknya jika penghidupannya diperoleh dengan cara yang haram, maka ia harus mempertanggung jawabkan atas perbuatannya.
Item Type: | Thesis (Thesis) |
---|---|
Subjects: | 200 Agama > 290 Agama Selain Kristen > 297 Islam > 297.5 Etika Islam, Praktik Keagamaan > 297.577 Perkawinan Menurut Islam, Pernikahan Menurut Islam, Munakahat |
Divisions: | Program Pascasarjana > S2 > Tafsir Hadist |
Depositing User: | pps - |
Date Deposited: | 24 Jan 2023 05:27 |
Last Modified: | 24 Jan 2023 05:27 |
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/65417 |
Actions (login required)
View Item |