Karimuddin Nasution (2014) UMAT NASHĀRĀNȊ DALAM AL-QUR’AN (Kajian Tafsir Tematik). Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Riau Sultan Syarif Kasim Riau.
|
Text
fm.pdf Download (268kB) | Preview |
|
|
Text
BAB I.pdf Download (98kB) | Preview |
|
|
Text
BAB II.pdf Download (106kB) | Preview |
|
|
Text
BAB III.pdf Download (196kB) | Preview |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (157kB) |
||
|
Text
BAB V.pdf Download (24kB) | Preview |
|
|
Text
em.pdf Download (16kB) | Preview |
Abstract
Kata Nashārā disebutkan sebanyak empat belas kali di dalam al-Qur’an, yang terdapat pada QS 2: 62, 111, 113, 120, 135, 140, QS 3: 67, QS 5: 18, 51, 69, 82, QS 9: 30 dan QS 22: 17. Dari empat belas ayat-ayat al-Qur’an yang memuat kata Nashārā berbeda-beda dalam memposisikan Nashārā, ada yang bernada positif, negatif dan yang bernada netral saja. Pembahasan tentang Nashārā ini menjadi menarik, karena ada beberapa pertanyaan tentang Nashārā yang mesti dijawab. Antara lain adalah apa sebenarnya makna dari kata Nashārā, sejak kapan muncul istilah Nashārā, apakah sudah ada istilah ini sejak masa Nabi Isa atau dia muncul setelah al-Qur’an diturunkan, bagaimana pendapat para ulama tafsir tentang Nashārā dan bagaimana status dan ciri-ciri Nashārā menurut al-Qur’an? Oleh sebab itu penulis memilih judul “ Umat Nashrānȋ Dalam Al-Qur’an”. Skripsi ini dengan menggunakan metode tafsir maudu’i dan penelitian pustaka. Setelah melakukan penelitian, Nashārā secara bahasa adalah: para penolong. Sedangkan menurut istilah adalah: nama yang digunakan al-Qur’an terhadap ummat yang mereka yakini Nabi Isa sebagai Tuhan atau sebagai anak Tuhan, sedikit di antara mereka yang masuk Islam dan meyakini Nabi Isa sebagai Nabi Allah, merekalah kaum Hawariyyun, nama Nashārā haruslah kita tetapkan sebagai orang Nasrani (Kristen) yang ada pada saat sekarang ini. Asal usul kemunculan istilah Nashārā ada berbagai pendapat. Antara lain: berasal dari nama kampung tempat lahirnya Nabi Isa as, yaitu Nashirah, karena perkataan nabi Isa kepada kaumnya man anshārȋ ila Allah dan yang terahir karena mereka saling tolong menolong diantara mereka. Kata Nashārā sudah ada sebelum al-Qur’an diturunkan. Maka ia merupakan istilah pra al-Qur’an. Para ulama tafsir, dalam hal ini Ibnu Jarȋr, Ibnu Katsȋr dan Wahbah Zuhaili menafsirkan ayat-ayat Nashārā hampir dengan nada yang sama, bahwa mereka ada yang baik, ada yang tidak pernah senang dengan orang Islam dan ada yang nanti akan mendapat keputusan dari Allah. Ciri ciri Nashārā menurut al-Qur’an: kaum yang mengaku hanya mereka yang masuk surga, saling mengejek dengan Yahudi, mereka mengajak orang supaya jadi Nashārā, mereka mengira Nabi Ibrahim Nashārā, padahal bukan, mereka melupakan janji Allah, mereka dilarang jadi pemimpin bagi Islam dan mereka juga orang yang paling bersahabat dengan Islam daripada orang Yahudi. Status Nashārā ada yang beriman dan ada yang kafir. Bagi yang beriman akan mendapat balasan surga dari Allah, sedang yang kafir akan kekal di Neraka.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Subjects: | 200 Agama > 290 Agama Selain Kristen > 297 Islam > 297.1 Sumber-sumber Agama Islam, Kitab Suci Agama Islam > 297.1226 Tafsir Al-Qur'an, Ilmu Tafsir |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Ilmu Alqur'an dan Tafsir |
Depositing User: | eva sartika |
Date Deposited: | 27 Apr 2016 14:23 |
Last Modified: | 27 Apr 2016 14:23 |
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/3873 |
Actions (login required)
View Item |