Search for collections on Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Repository

ANALISIS PENDAPAT IBNU HAZM DALAM KITAB AL-MUHALLA TENTANG KEWAJIBAN BERBUKA PUASA PADA BULAN RAMADHAN BAGI MUSAFIR

Natiar (2013) ANALISIS PENDAPAT IBNU HAZM DALAM KITAB AL-MUHALLA TENTANG KEWAJIBAN BERBUKA PUASA PADA BULAN RAMADHAN BAGI MUSAFIR. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

[img]
Preview
Text
2013_2013134AH.pdf

Download (507kB) | Preview

Abstract

Skripsi yang berjudul “ANALISIS PENDAPAT IBNU HAZM DALAM KITAB AL-MUHALLA TENTANG KEWAJIBAN BERBUKA PUASA PADA BULAN RAMADHAN BAGI MUSAFIR” ini ditulis berdasarkan latar belakang pemikiran jumhur ulama yang mengatakan bahwa berbuka puasa bagi musafir di bulan Ramadhan bukanlah suatu kewajiban, melainkan rukhsha yang menjadi pilihan boleh berbuka atau tetap berpuasa. Sementara itu, menurut Ibnu Hazm bahwa seorang musafir wajib berbuka puasa Ramadhan apabila telah menempuh perjalanan sejauh 1 mil. Adapun masalah yang akan penulis analisa adalah tentang konsep wajib berbuka dan alasan beserta dasar hukum yang digunakan Ibnu Hazm dalam menetapkan wajib berbuka puasa bagi musafir pada bulan Ramadhan. Sedangkan tujuan dari penelitian ini penulis maksudkan untuk mengetahui konsep wajib berbuka dan alasan beserta dasar hukum yang digunakan Ibnu Hazm dalam menetapkan wajib berbuka puasa bagi musafir pada bulan Ramadhan tersebut. Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan kitab al-Muhalla sebagai rujukan primernya, sedangkan bahan sekundernya dalam tulisan ini adalah sejumlah literatur yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Adapun metode analisa yang digunakan adalah metode deskriptif dan content analisis. Hasil penulis dalam penelitian ini adalah bahwa Ibnu Hazm berpendapat orang yang musafir wajib berbuka puasa Ramadhan apabila telah melakukan perjalanan sejauh 1 mil dan wajib mengqadhanya di hari lain. Selain itu, Ibnu Hazm mengatakan bahwa yang dilarang berpuasa tersebut hanya puasa Ramadhan saja, sedangkan puasa lainnya baik yang wajib atau yang sunnah tetap berlaku dalam perjalanan. 3 Adapun alasan dan dasar hukum Ibnu Hazm mengatakan wajib berbuka bagi musafir, bahwa ia mengambil makna zhahir firman Allah surat al-Baqarah (2):185 dan beberapa hadits nabi yang mengatakan bahwa Nabi Muhamamad SAW dan beberapa sahabat berbuka puasa ketika musafir di bulan Ramadhan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Subjects: 200 Agama
Divisions: Fakultas Syariah dan Hukum > Hukum Keluarga (Ahwal Al-Syakhsiyah)
Depositing User: Surya Elhadi
Date Deposited: 20 May 2016 03:54
Last Modified: 09 Sep 2016 03:50
URI: http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/3304

Actions (login required)

View Item View Item