ERWAN, - (2020) HAD QADZAF DENGAN PENGGUNAAN LAFAZ PERSPEKTIF EMPAT MAZHAB. Disertasi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Text
ERWAN OK.pdf Download (3MB) |
|
Text (BAB IV)
BAB IV ok.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (547kB) |
Abstract
Erwan, NIM. 31790515816, Had Qadzaf dengan Penggunaan Lafaz Perspektif Empat Madzhab. Disertasi : Program Studi Hukum Keluarga (AhwalAsy-Syakhsyiah) Pasca Sarjana UIN Sultan Syarif Kasim Riau Permasalahan dalam penelitian ini adalah pandangan yang dikemukakan oleh madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hanbali beserta dalil yang digunakan, sehingga penulis terdorong untuk mengkajinya dengan rinci. Sebab-sebab terjadinya silang pendapat dikalangan ulama Mazhab dengan cara melihat dan meneliti alasan-alasan yang mereka kemukakan dan dari pendapat tersebut ditarik satu kesimpulan yang punya relevansi dengan zaman sekarang. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap pemikiran-pemikiran fiqh Hanafi,Maliki, Syafi’I, dan Hanbali untuk menjelaskan sanksi pidana qadzaf yang menggunakan lafaz ta’ridh. ,meneliti latar belakang dan menjelaskan metodologi pemikiran ulama fiqh tentang penetapan hukum qadzaf dengan menggunakan lafaz sharih, kinayah, dan ta’ridh dan mewujudkan rumusan yang konstruktif tentang sanksi pidana qadzaf yang menggunakan lafaz tersebut Dalam pembahasan dan penelitian ini, penulis memakai teknik pengumpulan bahan melalui metode kepustakaan (library research) yaitu dengan mengumpulkan data dan bahan-bahan dari buku yang relevan dengan pembahasan ini, dengan cara membaca, mempelajari, dan menganalisa untuk dapat dipahami, terutama literatur-literatur hasil karya madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hanbali serta buku-buku lain yang menunjang. Mazhab Maliki dalam menetapkan (istinbath ) hukum yang bersumber kepada al-Qur’an dan al-Sunnah, kemudian melakukan analisa terhadap tradisi lokal masyarakat Madinah, serta fatwa-fatwa shahabat. Hal itu dalam menjawab persoalan furu’iyah yang dihadapinya. Mazhab Maliki malaksanakan kajian analogi kemaslahatan. Di sisi lain, ulama mazhab Maliki menegaskan bahwa kehormatan ataupun kesucian seseorang harus dijaga. Menuduh orang lain melakukan zina sangat bersinggungan dengan kehormatan dan kesucian seseorang. Kendatipun si penuduh menggunakan lafaz ta’ridh. Menurut mazhab Maliki seseorang yang menggunakan lafaz ta’ridh tetap diberlakukan hukuman dera delapan puluh kali. Berdasarkan argumentasi-argumentasi beserta dalil yang telah dikemukakan oleh ulama mazhab Maliki, maka dapat dipahami bahwa ulama mazhab Maliki berpendapat wajib menjalankan hukuman (had) bagi orang yang menuduh seseorang melakukan perbuatan zina, baik ia berniat maupun tidak berniat. Alasannya adalah perbuatan shahabat Umar bin Khatab, Umar bin Khatab melaksanakan hukuman (had) dera delapan puluh kali bagi si penuduh zina. Penulis berpendapat bahwa pendapat mazhab Maliki sangat hati-hati dan menjaga kehormatan seseorang. Hal ini didasarkan oleh perhatian imam Malik dan mazhab Maliki (malikiyah) terhadap eksistensi hukuman (had) terhadap orang yang menuduh wanita baik-baik ataupun orang lain berzina walaupun si penuduh menggunakan lafaz ta’ridh. . Kata Kunci : had, qadzaf, lafaz
Item Type: | Thesis (Disertasi) |
---|---|
Subjects: | 200 Agama > 290 Agama Selain Kristen > 297 Islam > 297.1 Sumber-sumber Agama Islam, Kitab Suci Agama Islam > 297.1226 Tafsir Al-Qur'an, Ilmu Tafsir 000 Karya Umum |
Divisions: | Program Pascasarjana > S3 > Hukum Keluarga |
Depositing User: | pps - |
Date Deposited: | 02 Jul 2020 02:35 |
Last Modified: | 02 Jul 2020 02:36 |
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/27857 |
Actions (login required)
View Item |