Nurul Haswani Binti Mohamed Hassan, 11623204538 (2019) Mahar Jasa Menurut Imam Abu Hanifah (W. 150 H / 767 M) Dan Imam al-Syafi’i (W. 204 H /819 M) Analisis Terhadap Mengajarkan Al-Quran Sebagai Mahar dalam Perkawinan. Skripsi thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU.
Text (BAB IV)
BAB IV.pdf - Published Version Restricted to Repository staff only Download (902kB) |
|
Text
SKRIPSI NURUL HASWANI BINTI MOHAMED HASSAN.pdf Download (6MB) |
Abstract
ABSTRAK Nurul Haswani Binti Mohamed Hassan (2019): Mahar Jasa Menurut Imam Abu Hanifah (W. 150 H / 767 M) Dan Imam al-Syafi’i (W. 204 H /819 M) Analisis Terhadap Mengajarkan Al-Quran Sebagai Mahar dalam Perkawinan. Dalam penulisan skripsi ini, dilatarbelakangi oleh dua orang tokoh yang berpengaruh yaitu Imam Abu Hanifah dan Imam al-Syafi’i yang mempunyai pandangan yang berbeda mengenai mahar jasa ( mengajarkan Al-Quran sebagai mahar dalam perkawinan ). Penulis mengambil pokok permasalahan sebagai berikut: Pertama, bagaimana pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam al-Syafi’i mengenai dalilnya. Kedua, bagaimana dalil yang digunakan oleh Imam Abu Hanifah dan Imam al-Syafi’i mengenai mahar jasa hukum mengajarkan Al-Quran sebagai mahar. Ketiga, bagaimana pendapat yang lebih kuat antara Imam Abu Hanifah dan Imam al-Syafi’i serta dalilnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum Islam normatif yang dilakukan dengan menggunakan metode library research, yaitu dengan mengambil dan membaca serta menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini karena semua data bersifat sekunder. Pendekatan yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah dengan menelaah konsep-konsep atau teori-teori yang dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah dan Imam al-Syafi’i. Seterusnya menggunakan pendekatan perbandingan hukum, yaitu dengan membandingkan pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam al-Syafi’i mengenai hukum mahar jasa mengajarkan Al-Quran sebagai mahar. Hasil kajian mendapatkan bahwa dalam masalah hukum mengajarkan Al-Quran ini kedua tokoh tersebut sama-sama teguh dengan argument masing-masing. Mereka menggunakan dalil yang berbeda yaitu surah an-Nisa ayat 24, surah al-Ahzab ayat 50 bagi Imam Abu Hanifah, surah al-Qashah ayat 27, surah an-Nisa ayat 24,25 bagi Imam al-Syafi’i dan dalam memahami metode istinbāṭ adalah berbeda. Di sini, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa hukum mengajarkan Al-Quran sebagai mahar adalah tidak dibolehkan, beliau memahami dalil tersebut khusus bagi suami dalam mahar ini karena berhubungan dengan dalil sebelumnya pada ayat 24 Surah an-Nisa yang berkaitan tentang mahar mengajarkan Al-Quran, dan juga beralasan bahwa wanita memiliki hak dan menjamin kehormatan wanita tersebut. Sedangkan Imam al-Syafi’i berpendapat bahwa hukum mengajarkan Al-Quran sebagai mahar adalah dibolehkan, karena dalil tersebut menunjukkan kepada lafaz umum dan tidak ada dalil yang melarang perbuatan tersebut dan dikuatkan dengan hadis shahih yang diriwayatkan oleh Sahl bin Saad As-Sa’idi. Setelah dikaji dan diteliti, maka penulis lebih cenderung memilih untuk menggunakan pendapat Imam Abu Hanifah karena terdapat beberapa kebaikannya.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Subjects: | 200 Agama > 290 Agama Selain Kristen > 297 Islam > 297.5 Etika Islam, Praktik Keagamaan > 297.577 Perkawinan Menurut Islam, Pernikahan Menurut Islam, Munakahat |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Mazhab dan Hukum |
Depositing User: | fasih - |
Date Deposited: | 16 Dec 2019 02:09 |
Last Modified: | 16 Dec 2019 02:11 |
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/23349 |
Actions (login required)
View Item |