Yuli Susanti (2011) KEDUDUKAN SAKSI PEREMPUAN DALAM PERBUATAN ZINA ( Analisa Komperatif Pemikiran Imam Syâfi’î dan Ibnu Hazm ). Thesis thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
|
Text
2011_201123.pdf Download (1MB) | Preview |
Abstract
xv Masalah kesaksian perempuan dalam Islam sering menjadi bahan pembicaraaan dari berbagai kalangan baik dari kaum Muslim sendiri maupun dari non Muslim. Pembicaraan ini mengandung perdebatan dan perbedaan pendapat di kalangan mufasir dan fuqaha’ klasik maupun kontemporer. Hal tersebut disebabkan adanya perbedaan sisi pandang para fuqaha tentang dalil-dalil nash yang berkenaan dengan kesaksian perempuan. Adanya pendapat yang menyatakan bahwa agama Islam menempatkan posisi perempuan dalam posisi inferior dari laki-laki. Salah satu penyebabnya karena kesaksian perempuan tidak diterima dalam banyak persoalan hukum dan kesaksiannya dihargai setengah dari kesaksian laki-laki. Masalah utama dalam penelitian ini adalah pembahasan tentang kesaksian perempuan dalam perbuatan zina. Kajian ini meneliti pandangan Imam Syâfi’î dan Ibnu Hazm dengan mengemukakan analisa komperatif pemikiran kedua tokoh fiqh ini tentang kesaksian perempuan, khususnya dalam perbuatan zina. Pendapat Imam Syâfi’î yang tidak menerima kesaksian perempuan dalam zina, menunjukkan kehati-hatiannya dalam menetapkan hukum karena kesaksian zina dapat menyebabkan diberlakukannya had zina. Ibnu Hazm dalam keputusan hukumnya menerima kesaksian perempuan dalam zina menawarkan sebuah alternatif untuk mengatasi persoalan pembuktian zina yang semakin marak terjadi dalam kehidupan modern saat ini. Pendapat Ibnu Hazm ini dapat digunakan untuk pembuktian zina di tempat-tempat yang khusus hanya ada perempuan. Penelitian ini juga mengemukakan urgensi kesaksian perempuan dalam perbuatan zina di tengah perkembangan zaman dan perubahan sosial saat ini yang telah menempatkan banyak perempuan berperan dalam dunia publik. Kajian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan metode komperatif, yaitu membandingkan antara pendapat Imam Syâfi'î dan Ibnu Hazm tentang kesaksian perempuan dalam perbuatan zina. Penelitian ini diarahkan pada dua objek utama kitab fiqh yaitu kitab al - Umm karya Imam Syâfi’î dan kitab al-Muhalla karangan Ibnu Hazm . Imam Syâfi’î tidak menerima kesaksian perempuan dalam masalah zina karena berpandangan bahwa ayat tentang zina tidak menyebutkan perempuan dan berdasarkan surat al-Baqarah ayat 282 yang menyebutkan perempuan cenderung lupa sehingga kesaksiannya dipandang syubhat sedangkan zina adalah perbuatan yang harus dibuktikan dengan kesaksian yang pasti karena akan ada sanksi hukum berdasarkan kesaksian tersebut. Ibnu Hazm menggunakan dalil surat al-Baqarah ayat 282 untuk dalil penerimaan kesaksian perempuan dalam semua permasalahan hukum dan diperkuat dengan hadis Nabi tentang adanya kesaksian perempuan. Dalil al-Quran tentang kesaksian dalam zina menurut pandangan Ibnu Hazm dalil itu bersifat umum dan berbentuk jamak taksir dan sesuai kebiasan dalil nash yang lain walaupun bentuk katanya berbentuk umum dan jamak taksir tetapi terkandung di dalamnya ketentuan khusus bahwa hukumnya juga berlaku bagi muannast Penelitian ini sampai pada kesimpulan bahwa metodologi dan pendapat Imam Syâfi’î dan Ibnu Hazm memang berbeda tentang persoalan kesaksian perempuan dalam masalah zina namun masing-masing memiliki alasan yang tetap berpegang pada nash. Imam Syâfi’î tidak menerima kesaksian perempuan dalam kasus zina lebih kepada kehati-hatian untuk menetapkan had zina sedangkan Ibnu Hazm menerima kesaksian perempuan karena pertimbangan nash dan rasio bahwa dalam kondisi darurat kesaksian perempuan dalam zina dibutuhkan.
Item Type: | Thesis (Thesis) |
---|---|
Subjects: | 200 Agama |
Divisions: | Program Pascasarjana > S2 |
Depositing User: | Feni Marti Adhenova |
Date Deposited: | 26 Dec 2015 07:47 |
Last Modified: | 26 Dec 2015 07:47 |
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/185 |
Actions (login required)
View Item |