SALEH HUDDIN BIN MOHD NASIR (2018) SUJUD SAHWI MENURUT PANDANGAN IMAM HANAFI DAN IMAM MALIKI. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
|
Text
1. COVER__2018505PMH.pdf Download (157kB) | Preview |
|
|
Text
2. PENGESAHAN__2018505PMH.pdf Download (442kB) | Preview |
|
|
Text
3. ABSTRAK__2018505PMH.pdf Download (258kB) | Preview |
|
|
Text
4. KATA PENGANTAR__2018505PMH.pdf Download (331kB) | Preview |
|
|
Text
5. DAFTAR ISI__2018505PMH.pdf Download (315kB) | Preview |
|
|
Text
6. BAB I__2018505PMH.pdf Download (582kB) | Preview |
|
|
Text
7. BAB II__2018505PMH.pdf Download (576kB) | Preview |
|
|
Text
8. BAB III__2018505PMH.pdf Download (368kB) | Preview |
|
Text
9. BAB IV__2018505PMH.pdf Restricted to Repository staff only Download (395kB) |
||
|
Text
10. BAB V__2018505PMH.pdf Download (264kB) | Preview |
|
|
Text
11. DAFTAR PUSTAKA__2018505PMH.pdf Download (342kB) | Preview |
Abstract
Latar belakang penulis mengangkat permasalahan ini adalah karena penulis melihat bahwa tidak ramai anggota masyarakat yang kurang faham mengenai boleh atau tidaknya melaksanakan sujud sahwi. Maka, fonomena ini menarik perhatian penulis untuk mengkaji dalam sebuah penelitian : Pertama, bagaimana pandangan Imam Hanafi dan Imam Maliki tentang sujuk sahwi. Kedua, bagaimana persamaan dan perbedaan pendapat Imam Maliki tentang sujud sahwi. Ketiga, analisis terhadap pandangan Imam Hanafi dan Imam Maliki tentang sujud sahwi. Penelitian ini adalah bersifat Library Reseach iaitu studi kepustakaan dan sumber primer dalam kajian ini adalah Kitab Al-Atsar yang menjadi musnad Imam Abu Hanifah dan Kitab Muwaththa Imam Maliki. Manakala sumber kedua pula diperoleh dari pelbagai literarur yang ada kaitannya dengan permasalahan penelitian ini. Imam Hanafi dan Maliki telah sepakat bahwa jika seseorang ragu dalam jumlah raka’at dalam shalat maka yang dipakai adalah yang paling diyakini jumlahnya yaitu yang paling sedikit jumlah rakaatnya. Imam Hanafi memahami sujud sahwi adalah hukum wajib apabila seseorang tersebut tidak melakukan sujud sahwi, maka dia telah meninggalkan suatu kewajiban shalat. Menurut Imam Maliki apabila ada kurang maka sujud sahwi sebagai pengganti. Tetapi apabila terlebih maka sujud sahwi itu sebagai istighfar, bukan sebagai pengganti. Dari hasil penelitian ini, penulis berpendapat bahwa pandangan Imam Maliki lebih kuat untuk diamalkan kerana didukung oleh syariah baik nash maupun jiwanya.
Item Type: | Thesis (Skripsi) |
---|---|
Subjects: | 200 Agama > 290 Agama Selain Kristen > 297 Islam |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Perbandingan Mazhab dan Hukum |
Depositing User: | Mrs Rina Amelia - |
Date Deposited: | 27 Aug 2019 02:03 |
Last Modified: | 27 Aug 2019 02:03 |
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/18303 |
Actions (login required)
View Item |