Abd Kahar (2011) HUKUM JILBĀB DALAM PANDANGAN MUHAMMAD NĀSHIRUDDIN AL-BĀNIY DAN MUHAMMAD SA`ID AL-‘ASYMĀWIY. Thesis thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
|
Text
2011_201116.pdf Download (946kB) | Preview |
Abstract
. Dalam Tesis ini penulis mengambil dua tokoh yang berbeda pandangan tentang hukum jilbāb. Mereka sama-sama hidup di zaman modern, yaitu Muhammad Nāshiruddin al Bā niy kelahiran Yordania,(1914-1999) dan Muhammad Sa’id al-‘Asymāwiy dari mesir lahir pada tahun 1932. Kedua tokoh ini disamping mewakili pemikiran yang berbeda juga mewakili dua kelompok yang berseberangan. Al-Bāniy merupakan sosok ulama yang refresentasinya kepada ulama salaf, tekstual, rasional dan normatif. Dalam pengertian al-Baniy tidak pernah melepaskan dari dalil al-Qur’an, al-hadits, qaul sahabat, tabi’in dan Imam-imam madzhab dalam setiap pemikirannya. Sedangkan al-‘Asymāwiy ketika mengemukakan pandangan tentang hukum jilbab dan yang berkaitannya dengannya, ia selalu memulai dengan menjelaskan asbab al-nuzul ayat atau kajian sosial historis waktu itu dan menjadikannya batu loncatan untuk dijadikan ‘illat sebagai hasil akhir dari sebuah ijtihad hukum.. Adapun Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research) yaitu penelitian dengan cara mengkaji dan menelaah sumber primer tertulis seperti buku al-Bāniy, yaituJilbāb al-Mar’ah al-Muslimah fi al-Kitāb wa al-Sunnah dan Raddu al-Mufhim ala Man Khālafa al- ‘Ulama wa Tasyaddada wa Ta’asshaba wa Alzama al-Mar’ata an Tastura Wajhaha wa Kaffaiha wa ‘Aujaba wa lam Yaqna’ biqaulihim: Innahu Sunnatun wa Mustahab, dan buku al-‘Asymāwiy yaitu Haqiqat al-Hijāb wa Hujjiyat al-Hadits serta buku-buku lainnya, sehingga ditemukan data-data yang akurat dan jelas. Kemudian penulis dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik komparatif yaitu berusaha memaparkan secara jelas pandangan al-Bāniy dan al- ‘Asymāwiy tentang jilbāb. Dari hasil pemaparan kedua tokoh tersebut, penulis melakukan analisa serta membandingkan antara kedua argumentasi hukum yang berbeda itu. Dengan demikian dapat disimpulkan, menurut al-Bāniy bahwa perempuan diwajibkan memakai jilbab(wajib mu’abbad) dengan ketentuan menutup seluruh tubuhnya selain muka dan telapak tangan.. Sedangkan al-‘Asymāwiy memiliki pandangan sebaliknya, ia mengatakan bahwa kewajiban jilbab adalah kewajiban muhaddad karena masalah aurat adalah masalah khilafiyah atau belum final dan masih bisa diperdebatkan karena tidak ada kepastian hukum berdasarkan al-Qur’an maupun Hadits rasul tentang batasan aurat sesungguhnya Berdasarkan studi komparatif yang telah penulis lakukan sesungguhnya pada masalah jilbāb ini, al-Baniy dan al-Asymāwiy memiliki titik temu yang bisa dikompromikan namun tidak bersifat absolut. Mereka sama-sama menginginkan bahwa perempuan itu hendaklah menutup aurat dan berpakaian sopan serta terhormat. Hanya saja batasan aurat yang dikemukakan oleh al-Bāniy sangat jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh al- ‘Asymāwiy. Demikian juga tentang perspektif mereka mengenai busana yang sopan dan terhormat memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Pendek kata, pada awalnya mereka sama namun pada persimpangan jalan mereka mengalami perbedaan yang tidak bisa di satukan, antara al-Baniy dan al-Asymāwiy bagaikan minyak dan air yang hanya bisa berdekatan namun secara subtansial memiliki perbedaan yang sangat tajam.
Item Type: | Thesis (Thesis) |
---|---|
Subjects: | 200 Agama |
Divisions: | Program Pascasarjana > S2 |
Depositing User: | Feni Marti Adhenova |
Date Deposited: | 26 Dec 2015 07:40 |
Last Modified: | 26 Dec 2015 07:40 |
URI: | http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/181 |
Actions (login required)
View Item |